Dampingi Ibu-Ibu di Desa, Konseling Terbuka Bahas Anak Gadget dan Suami Pemarah
- ilham firdaus
- 23 Apr
- 2 menit membaca

Sebuah pendekatan baru dalam mendampingi keluarga pekerja migran diterapkan di Desa Menceh melalui kegiatan konseling terbuka yang digelar oleh ADBMI bersama AWO Internasional. Berbeda dari pertemuan sebelumnya yang dilakukan di ruang tertutup seperti aula desa atau rumah warga, kali ini konseling berlangsung di ruang terbuka, sehingga menarik perhatian warga sekitar.
Kegiatan ini menyasar para ibu yang ditinggalkan suaminya bekerja ke luar negeri. Tujuan utamanya adalah memberikan dukungan psikologis dan panduan praktis dalam mengelola konflik rumah tangga, serta menghadapi tantangan peran ganda yang mereka emban sebagai istri sekaligus kepala keluarga.

Namun, dengan dilaksanakannya kegiatan di tempat terbuka, banyak ibu-ibu yang tidak termasuk dalam kelompok sasaran utama turut hadir secara spontan. Mereka tertarik dengan materi yang disampaikan, yang sangat relevan dengan keseharian masyarakat desa. Topik yang dibahas antara lain mengenai anak-anak yang mulai kecanduan gadget, pola komunikasi dalam rumah tangga, hingga cara menghadapi suami yang mudah marah saat dinasihati.
Sesi dipandu oleh seorang psikolog yang memberikan pendekatan ramah dan mudah dipahami. Selain materi teori, para peserta juga diajak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman, menciptakan suasana yang interaktif dan penuh empati.

Meski berangkat dari isu keluarga pekerja migran, kegiatan ini berhasil menjangkau lebih luas. Para ibu dari keluarga non-migran pun merasa mendapat manfaat besar dari informasi dan nasihat yang disampaikan.
Menurut panitia, pelaksanaan konseling secara terbuka ini merupakan bentuk pendekatan berbasis komunitas. Tujuannya adalah menciptakan ruang aman, inklusif, dan terbuka bagi perempuan untuk saling mendukung dan belajar bersama, sekaligus memperkuat hubungan sosial di antara warga desa.
Kegiatan ini juga menjadi pengingat pentingnya peran lingkungan dalam mendampingi keluarga-keluarga yang menghadapi dinamika rumah tangga yang kompleks, terlebih di tengah kondisi sosial dan ekonomi yang menantang akibat migrasi tenaga kerja.
Dengan antusiasme tinggi dari para peserta dan warga sekitar, kegiatan ini menjadi bukti bahwa pemberdayaan perempuan dan edukasi psikologis bisa dilakukan secara lebih membumi, dekat dengan masyarakat, dan memberi dampak yang nyata.
Comments