adbmi.org – Lembaga Sosial Desa Anjani di Suport ADBMI Foundation dan Awo International melakukan pendataan untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI), sudah dua minggu berjalan terhitung sejak 21 Januari 2021.
Selain untuk update informasi terkait dengan data pekerja migrant tiga tahun belakangan ini, juga sebagai upaya monitoring proses Pekerja Migrant Indonesia dari prekrutan sampai dengan bekerja di Negara penempatan, bukan hanya itu, juga sebagai upaya membantu pemerintah desa dan stake holder terkait menemukan refrensi yang tepat untuk bagaimana menyusun strategi perlindungan dari informasi responden yang di rekam oleh pendata dilapangan.
Tidak mudah dan tidak dalam waktu sebentar, format data lengkap yang di susun dengan analisa panjang ini berjumlah 13 halaman dengan 113 pertanyaan, yang kemudian diputuskan menjadi format valid untk menggali informasi dari responden yang ditemui.
Tentu banyak hal yang ditemukan dilapangan oleh tim pendata yang juga merupakan anggota Lembaga Sosial Desa Anjani, dari ditinggal oleh responden ketika pendataan berjalan, anak responden menangis dan harus menunggu lama sampai di diamkan, sampai dengan tuan rumah yang tidak membuka pintu karna di anggap orang minta minta karna menenteng lembaran.
Meski begitu, semuanya berjalan dengan baik dan lancar, Kategori perjalanan menyusuri tiap jengkal desa anjani dalam ruang kebermanfaatan dengan tujuan kemaslahatan pekerja migrant Indonesia tentu menjadi satu satunya power sehingga niat untuk menuntaskan selalu tersemat.
Kami merasa aktifitas ini banyak memberingan sumbangsih ilmu karna langsung bersentuhan langsung dengan masyarakat selain ittu juga cukup menyenangkan karna selain bisa bersilaturahmi, juga masyarakat sungguh tidak keberatan bahkan merasa dimperhatikan ketika tahu tujuan pendataan di jalankan.
Itu terlihat Dengan luesnya mereka bercerita tentang kehidupannya, tentang susahnya memenuhi tuntutan ekonomi sehingga pasangan (suami/istri ) memutusakan menjadi pekerja migrant untuk alasan tersebut.
Kami menemukan Banyak informasi dari mereka (responden) diantaranya yang pertama, tidak peduli masalah aturan yang penting di berangkatkan, bahkan sempat mengungkapkan “ kalau urusannya sudah urusan perut semua cara bisa menjadi halal bahkan menjadi pekerja migrant Indonesia illegal pun akan dilakukan”.
Yang kedua, terkait pengetahuan tentang akses informasi bagaimana menjadi pekerja migrant yang baik juga rata rata masih minim, bahkan kebanyakan menggantungkan prosesnya pada calo/tekong.
Yang ketiga, masalah pendidikan pekerja migrant indoensia yang dominan rendah menjadi alasan mendasar semua perlakuan buruk menimpa mereka karena tidak bisa melakukan pembelaan terhadap diri sendiri.
Dari beberapa informasi itu sudah bisa di simpulkan, permasalahan ekonomi dan informasi serta pendidikan pekerja migrant menjadi alasan masyarakat melakukan praktik praktik illegal, tentu dengan bantuan calo sebagai pengarah.
Sehingga kami beranggapan angle yang paling pas untuk memandang dan mencari solusi tentang masalah pekerja migrant Indonesia yaitu dari dua sisi, berdayaakan ekonomi dan didik masyarakat untuk cerdas berimigrasi, meski jalannya akan panjang, tapi bukan tidak bisa.
Penulis : Nendi Wahyu, Lembaga Sosial Desa (LSD) Anjani
Comments