adbmi.org – Kontribusi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dalam memberikan sumbangsihnya kepada negara melalui devisa tidak bisa kita pungkiri. Namun besarnya kontribusi devisa melalui pengiriman remitansi ini tidak dibarengi dengan pengelolaan keuangan rumah tangga yang baik. Kerapkali pengelolaan uang kiriman yang salah tidak diperhatikan oleh keluarga PMI. Akibatnya, ekonomi tidak tumbuh dan berkembang secara signifikan.
Melihat permasalahan ini, yayasan ADBMI melakuhkan pelatihan untuk Pelatih atau Training of Trainer (ToT) kepada Lembaga Sosial Desa (LSD) yang menjadi partner ADBMI ditataran desa sampai saat ini. Ada lima (5) LSD yang difasilitasi pelatihan yang berasal dari lima (5) desa binaan, mulai dari Ketapang Raya, Suradadi, Anjani, Pringgasela Timur dan Wanasaba.
Muhnan, ADBMI mengungkapkan manfaat dari pelatihan ini sangat besar sekali. Rekan – rekan LSD di setiap desa akan difasilitasi untuk menjadi fasilitator ditataran masing-masing desa.
“Nanti mereka (LSD) akan menjadi fasilitator dalam pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha dari keluarga pekerja migran,” terang Muhnan (12/08).
Pelatihan yang direncanakan akan terlaksana dari 12 – 16 Agustus di Hotel Jayakarta Senggigi ini mendatangkan 20 orang Champions dari tiap desa dampingan ADBMI dengan AWO Internasional (sebuah organisasi non-profit di Jerman).
Dengan nada yang sedikit tinggi, Muhnan menegaskan kepada para peserta pelatihan untuk memaksimalkan pelatihan untuk menjadi pelatih ini. Ini juga merupakan bagian dari keberlangsungan program ADBMI dengan AWO di beberapa desa dampingan.
“Silahkan maksimal pelatihan ini, karena banyak sekali orang di luaran sana yang merogoh kocek dalam untuk menjadi fasilitator.”
Diwaktu yang berbeda, Lalu Muhammad Ansori Fasilitator pelatihan kali ini juga berharap para peserta memahami manfaat dari pelatihan ini.
Disamping ini, Lalu Muhammad Ansori yang akrabnya disapa mik coy saat menyampaikan materi pelatihan memaparkan beberapa teknik yang harus di kuasai yang menjadi metode pendekatan kepada masyarakat.
“Banyak sekali metode pendekatan yang bisa kita gunakan. Namun kita juga harus bisa memahami para peserta pelatihan nanti, mulai dari latar belakang pendidikan sampai dengan pekerja yang biasa di lakukan karena berpengaruh terhadap pemahaman dari peserta,” cetus mik Coy.
Analisis sosial, terang mik coy, mulai dari lingkungan dan tradisi yang dilakukan sampai dengan karakter di lingkungan masyarakat.
“Sehingga kita bisa memetakan metode pendekatan yang bisa dilakukan. Karena setiap desa memiliki karakter yang berbeda-beda,” ungkapnya.
Photo Istimewa : Ghina Annisa Kirana pengurus LSD Anjani salah satu peserta pelatihan untuk pelatih manajemen keuangan rumah tangga dan usaha mikro.
Selain itu, Ghina Annisa Kirana pengurus LSD Anjani sangat mengapresiasi pelatihan yang diselenggarakan dari ADBMI dengan AWO Internasional ini.
Ghina mengungkapkan ia sudah beberapa kali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh ADBMI sampai saat ini untuk memberikan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat selaku pekerja migran Indonesia beserta keluarga.
“Saya bersyukur bisa terlibat dalam pelatihan ini, ini adalah pelatihan yang kesekian kalinya yang saya ikut sampai saat ini,” terang Ghina.
Semoga pelatihan ini, lanjut Ghina, bisa bermanfaat untuk memberdayakan ekonomi keluarga pekerja migran karena pembahasan dalam pelatihan ini menyangkut tentang pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha keluarga PMI.
Comments