Ayu Mariana mencoba tegar dalam berbicara. Namun air mata itu seperti hujan di awal tahun, deras dan menghujani semesta.
Ia saat ini berada pada persimpangan jalan. Antara Kembali merantau menjadi pekerja migran Indonesia ataukah tetap membersamai sang buah hatinya, Muhammad Khadafi Alfa Rizki yang kini baru berusia 3 tahun.
“Tidak ada satu orang pun ibu yang berniat meninggalkan buah hatinya pergi merantau. Namun karena mimpi, tuntutan ekonomi, memaksa saya harus Kembali,” cetus ayu sapaan akrabnya kala itu.

Adbmi.org – Pagi itu suasana kantor desa Borok Toyang ramai seperti biasanya. Banyak rupa masyarakat yang berlalu Lalang, pergi dan masuk ke kantor desa dengan berbeda keperluan. Ada yang mengurus data NIK yang berbeda, SKTM, BPJS dan lainnya.
Tepat jam 10.30 waktu setempat, Ayu Mariana datang. Dengan mengenakan celana jeans, baju putih dan jilbab coklat, ia datang seorang diri.
“Saya ingin membuat surat izin keluarga,” terang Ayu kepada Nurdin Abdiguna, ketua LSD Borok Toyang.
Ayu Mariana merupakan salah satu calon pekerja migran Perempuan asal Desa Borok Toyang Kecamatan Sakra Barat, Lombok Timur. Ia datang ke kantor desa untuk membuat surat izin keluarga sebagai salah satu syarat menjadi PMI yang resmi.
Ayu berniat merantau ke Taiwan. Mengambil Keputusan untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga, pengasuh lansia. Ia sudah memegang nama P3MI yang akan memberangkatkannya. Setelah di cek, resmi dan terdaftar di siskop2mi.
DITUNTUT MEMILIH ANTARA TAIWAN DAN SANG BUAH HATI

Ayu Mariana saat ini berada pada persimpangan jalan yang terjal. Antara dua pilihan yang berat, memilih Taiwan ataukah berdiam diri membesarkan anaknya seorang diri.
Ayu Mariana sendiri merupakan Perempuan kepala rumah tangga. Kisah percintaannya kandas beberapa tahun yang lalu sehingga menuntut ia menjadi Perempuan yang Tangguh. Menjadi tulang punggung keluarga, untuk orang tau dan sang anak, Muhammad Khadafi Alfa Rizki.
Muhammad Khadafi Alfa Rizki, anak dari Ayu yang kini masih berusia 3 tahun akan ditinggal merantau oleh sang ibu. Pahit memang, namun hidup membuat mereka harus berpisah dalam jarak dan waktu yang cukup lama.
Ayu sapaan akrabnya bercerita bahwa keputusannya Kembali merantau kali ini, berat. Sebab, ini kali pertamanya ia merantau meninggalkan seorang anak yang masih balita.
Sebelumnya juga, Ayu pernah beberapa kali merantau ke luar negeri. Bahkan sejak usianya 19 tahun, setelah tamat sekolah menengah atas.
Pemberangkatan pertamanya kala itu memilih tujuan Hongkong. Namun hanya Sembilan bulan. Setelah itu, ia Kembali merantau ke Malaysia. Disanalah ia menemukan jodohnya. Ia menikah di Malaysia dengan suami yang berasal dari Kabupaten Lombok Tengah.
Setelah lama di Malaysia, Ayu pulang Bersama dengan sang anak. Beberapa bulan setelah itu, rumah tangganya kandas. Ia menjadi Perempuan kepala rumah tangga.
Kisah Ayu mencerminkan dilema banyak perempuan Indonesia yang menjadi tulang punggung keluarga. Di satu sisi, keinginan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik mendorong mereka untuk bekerja di luar negeri. Namun di sisi lain, jarak yang jauh dari keluarga, terutama anak, menjadi beban emosional yang sulit diabaikan.
Perempuan tangguh
Strong woman ever...