top of page

PMI Sudah Seperti "FUFUFAFA", Jangan Tanya PMI Seperti Apa di Rumahnya Dan di Rantau

Layaknya superhero yang ketika bertugas menuntas kejahatan, mereka menggunakan topeng atau identitas lain (Alterego) atau bahasa kerennya saat ini "FUFUFAFA" agar kehidupan pribadinya tidak diganggu oleh orang lain. Para PMI memiliki kegiatan dan dinamika sikap yang berbeda saat berada di rumah dengan saat berada di negara penempatan, namun memiliki sifat yang tidak jauh berbeda saat pergi dan pulang.

Sebelum menjadi PMI, layaknya seorang Ibu/Ayah, para PMI juga senantiasa bermanja dengan pasangannya, bermain dengan anak-anaknya di kampung halaman.


Ketika sudah menginjak tanah rantau, maka jiwa survive mereka yang mengambil alih semuanya. Sikap manja dan bercanda seketika menjadi pantang "pulang sebelum hutang lunas", begitulah penulis melihat fenomena PMI saat ini yang keberangkatannya dominan di biayai oleh hutang.


PMI Sudah Seperti "FUFUFAFA", Jangan Tanya PMI Seperti Apa di Rumahnya Dan di Rantau
SAMPUL: Poster ala-ala superhero dengan model pekerja migran Indonesia yang menggunakan masker sebagai bentuk Alterego (Sumber: Dreamina AI)


adbmi.org - Pekerja Migran Indonesia (PMI) adalah sosok yang unik, hidup di antara dua dunia yang berbeda.


Di satu sisi, mereka adalah pahlawan devisa yang berjuang keras untuk keluarga di tanah air. Di sisi lain, mereka adalah individu yang harus beradaptasi dengan budaya, lingkungan, dan tekanan yang berbeda di negara tujuan.


Perbedaan sikap yang mereka tunjukkan saat berada di luar negeri dan di kampung halaman merupakan refleksi dari kompleksitas pengalaman migrasi.


Saat berada di negara tujuan, PMI seringkali menunjukkan sikap yang berbeda dibandingkan saat di kampung halaman. Tekanan untuk memenuhi target kerja, adaptasi dengan lingkungan baru, dan keinginan untuk mengirimkan uang sebanyak mungkin ke keluarga membuat mereka cenderung lebih mandiri, disiplin, dan fokus pada tujuan.


Sikap ini terlahir dari kesadaran akan pentingnya pekerjaan mereka bagi keluarga dan masa depan.


Namun, di balik sikap mandiri tersebut, seringkali tersimpan kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman. Keterasingan, diskriminasi, dan kendala bahasa dapat memicu perasaan kesepian dan stres.


Untuk mengatasi hal ini, banyak PMI yang mencari dukungan dari sesama rekan kerja atau membentuk komunitas kecil dari orang Indonesia.


Ketika kembali ke kampung halaman, sikap PMI seringkali berubah. Mereka cenderung lebih santai, menikmati waktu bersama keluarga, dan menunjukkan sikap yang lebih terbuka. Perubahan sikap ini wajar, mengingat mereka telah melalui masa-masa sulit di luar negeri.


Namun, tidak jarang PMI juga dihadapkan pada berbagai tekanan sosial. Harapan keluarga yang tinggi, tuntutan untuk terus memberikan dukungan finansial, dan tekanan untuk memenuhi status sosial baru sebagai orang yang pernah bekerja di luar negeri dapat menimbulkan stres yang berbeda.


PMI Sudah Seperti "FUFUFAFA", Jangan Tanya PMI Seperti Apa di Rumahnya Dan di Rantau
Gambar: Ilustrasi seorangpekerja migran Indonesia yang sedang bekerja di ladang bunga matarahari di luar negeri di suatu tempat (Sumber: Dreamina AI)

Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan sikap PMI, bisa dari lingkungan, tempat kerja, dukungan keluarga, juga dari pengalaman pribadi.


  • Lingkungan sosial: Perbedaan budaya, bahasa, dan norma sosial di negara tujuan memaksa PMI untuk beradaptasi dan menyesuaikan sikap.

  • Kondisi kerja: Beban kerja yang berat, jam kerja yang panjang, dan perlakuan tidak adil dari majikan dapat memengaruhi psikologis dan sikap PMI.

  • Dukungan keluarga: Dukungan keluarga yang kuat dapat menjadi motivasi bagi PMI untuk bekerja keras di luar negeri, namun juga dapat menjadi beban jika harapan keluarga terlalu tinggi.

  • Pengalaman pribadi: Setiap PMI memiliki pengalaman yang unik, sehingga reaksi dan sikap mereka terhadap situasi yang sama pun berbeda-beda.


Perbedaan sikap PMI antara saat berada di luar negeri dan di kampung halaman merupakan refleksi dari kompleksitas pengalaman migrasi. Mereka adalah individu yang kuat, tangguh, dan penuh semangat, namun juga rentan terhadap berbagai tekanan psikologis dan sosial.


Untuk itu, dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga, sangat penting untuk membantu PMI mengatasi berbagai tantangan yang mereka hadapi.


Beberapa hal yang mungkin saja bisa membantu para PMI kita dari berbagai aspek.


  • Peningkatan kualitas pelatihan: Pelatihan yang komprehensif akan membekali PMI dengan keterampilan yang dibutuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

  • Perlindungan hukum: Pemerintah perlu memperkuat perlindungan hukum bagi PMI untuk mencegah eksploitasi dan pelanggaran hak-hak mereka.

  • Program reintegrasi: Program reintegrasi akan membantu PMI untuk beradaptasi kembali dengan kehidupan di kampung halaman dan menemukan peran baru dalam masyarakat.

  • Dukungan psikologis: Layanan konseling dan dukungan psikologis dapat membantu PMI mengatasi stres, depresi, dan masalah psikologis lainnya.


Dengan memberikan dukungan yang memadai, kita dapat membantu PMI mencapai kehidupan yang lebih baik, baik saat berada di luar negeri maupun di kampung halaman.

1 Comment

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Guest
Sep 11
Rated 5 out of 5 stars.

Keren nih kontennya...

Like
bottom of page