Tagar Kabur Aja Dulu Viral di Berbagai Media Sosial
- ADBMI Foundation
- 25 Feb
- 3 menit membaca
Baru-baru ini muncul tagar atau tanda pagar atau hastag "Kabur Aja Dulu", viral di berbagai platform media sosial, menyerukan untuk berbondong-bondong bekerja ke luar negeri. Lalu, berbagai spekulasipun muncul, dirasa pemerintah Indonesia gagal dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia sehingga ketidakpuasanpun tidak terelakkan. Apa benar begitu?
Seruan dengan tagar #kaburajadulu dinilai sebagai sindiran anak-anak muda di berbagai platform media sosial terhadap pemerintah karena rasa ketidakpuasan.

adbmi.org - Tren #kaburajadulu sedang viral-viralnya di berbagai platform media sosial, mulai dari Instagram, X, Facebook, dan bahkan Tik Tok.
Hastag ini ini disebarluaskan begitu masif hingga viral belakangan ini. Berbagai akun yang menyerukan untuk "Kabur Aja Dulu" bermunculan.
Bahkan salah satu influencer instagram dari Indonesia yang saat ini tinggal di Jerman, dikenal dengan sebutan Bunda Corla juga menyuarakan pendapatnya tentang tagar "Kabur Aja Duu" di acara Catatan Demokrai TV One.
Ia beranggapan bahwa untuk bekerja di Indonesia sangat sulit karena begitu banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pelamar kerja.
"Tidak seperti di Jerman, di jerman tidak mengenal usia, tidak memandang fisik, di jerman yang penting ada mau, ada minat, untuk pengalaman nanti diajarkan. Kalau di Indonesia kan harus lihat tinggi badan, ini bagaimana ini, ini gak wajar" kata Bunda Corla dalam acara TV tersebut.
Tren #kaburajadulu ini tidak hanya meluluk tentang pekerja Indonesia yang ke luar negeri namun mencakup lebih luas. Hal ini berkaitan dengan diaspora, yang bekerja, yang tinggal, dan sejenisnya.
Lalu, kita hubungkan dengan keadaan para pekerja migran kita saat ini, mengalami penurunan minat bekerja ke luar negeri jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Apakah menurut kamu dengan adanya tren #kaburajadulu ini akan berdampak pada jumlah PMI di tahun 2025 ini?
Bedah Kabur Aja Dulu
Menurut beberapa sumber media bahwa #kaburajadulu merupakan cerminan dari sikap kritis dan sindiran generasi muda Indonesia.
Dilansir dari kompas.com, Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Fisipol UGM (Universitas Gadjah Mada), Dr. Hempri Suyatna mengatakan, adanya fenomena hastag KaburAjaDulu mencerminkan sikap kritis dan sindiran generasi muda terhadap situasi sosial politik yang terjadi di tanah air saat ini.
Situasi di dalam negeri dianggap kurang menguntungkan dan negara dianggap ākurang hadirā di dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat.
āDalam konteks pengetahuan, misalnya ada kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran akan menyebabkan masa depan pendidikan terancam sehingga mendorong generasi muda untuk memilih ke luar negeri baik itu bekerja maupun menempuh studi,ā kata Hempri, dilansir dari laman UGM, Minggu (23/2/2025.
Bagi Hempri, tagar ini menurutnya bisa dilihat dari dua sisi yakni bisa menjadi peluang jika mereka yang pergi ke luar negeri dapat kembali ke Indonesia.
Kemudian selanjutnya bisa membagikan pengalaman selama studi atau bekerja di luar negeri untuk mendukung pembangunan di tanah air. āSaya kira diperlukan ekosistem dan dukungan yang menarik sehingga para diaspora yang di luar negeri dapat kembali ke Indonesia,ā ujarnya.
Sementara di sisi lain bisa menjadi ancaman jika para diaspora ini tidak kembali ke tanah air. Sehingga karena bangsa ini masih kekurangan tenaga-tenaga terampil yang selama ini telah memunculkan ketimpangan ekonomi antar negara maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia.
āEkosistem inovasi dan riset di Indonesia belum sepenuhnya baik. Baik dari insentif, gaji, dukungan regulasi, hak cipta dan sebagainya,ā ujarnya.
Kondisi ini menurut Hempri menyebabkan banyak ilmuwan muda yang menjadi kurang tertarik untuk mengembangkan karier di dalam negeri.
Apalagi dukungan atas hilirisasi inovasi juga masih kurang sehingga banyak karya-karya yang tidak terimplementasikan dengan baik ke masyarakat.
Hempri berpendapat menghadapi tantangan brain drain ini harus ada dukungan penganggaran dari hilirisasi riset dan inovasi dan pembukaan lapangan kerja yang cukup bagi anak muda di tengah bonus demografi.
×Ŗ×××××Ŗ