top of page

LSD Selenggarakan Pelatihan Manajemen Ekonomi Rumah Tangga Tahap Lima

Pelatihan manajemen ekonomi rumah tangga (MERT) juga diadakan di Desa Anjani, tak ubahnya seperti cerita lama yang terulang kembali namun dengan orang yang berbeda. Cerita yang hidup dan mengakar di tengah-tengah masyarakat, baik di dusun, Dasan dan desa terpencil maupun tidak.

Cerita para keluarga pekerja migran yang hidup dengan hanya mengandalkan yang gaji kiriman dari keluarga yang ada di rantauan.

Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga yang di rumah dengan menunggu uang gaji kiriman keluarga yang menjadi perantau.

Imbasnya, mereka seperti buruh pula yang menunggu gaji bulanan. Bedanya, mereka tidak bekerja. Dan itu menjadi cerita yang mengakar di tengah masyarakat.

Para keluarga pekerja migran dituntut hidup pas Pasan. Tidak berlebihan. Bahkan mereka juga dituntut untuk mampu mengatur keuangan dengan baik agar bisa menyisihkan gaji bulanan menjadi sebuah tabungan masa depan.

Dan itulah yang diajarkan oleh Lembaga Sosial Desa kepada masyarakat dalam pelatihan Manejemen Ekonomi Rumah Tangga dan Usaha Mikro.

***** adbmi.org – Susilawati (30), dengan cermat menulis dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Firman Siddik, pengurus Lembaga Sosial Desa Anjani. Firman akrabnya, mengajarkan bagaimana cara mengatur keuangan untuk bisa menjalankan sebuah usaha.

Susilawati sedikit terbata – bata, pasalnya ia belum pernah mengatur keuangan sebagaimana yang di jelaskan oleh Firman beserta pengurus LSD Anjani lainnya. Ia hanya tau uang yang diterimanya akan di gunakan beberapa Minggu, lalu menunggu uang kiriman kembali dari suaminya yang kini merantau.

Susilawati merupakan ibu rumah tangga dengan satu orang anak. Ia adalah keluarga pekerja migran Indonesia yang berasal dari dusun Kerembong desa Anjani kecamatan Suralaga kabupaten Lombok Timur. Ia adalah satu dari puluhan peserta pelatihan Manejemen Ekonomi Rumah Tangga dan Usaha Mikro tahap lima yang di laksanakan LSD Anjani.

“Suami saya sudah merantau ke Malaysia selama enam bulan,” terang ibu satu anak saat mengikuti pelatihan MERT tahap lima pada Senin,8/8/2023.

Ia hampir setiap bulan menerima uang kiriman dari sang suami. Uang itupun digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga. Termasuk biaya dapur dan juga biaya sekolah sang anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak – Kanak (TK).

Setiap awal bulan, ia selalu pergi ke anjungan tunai mandiri atau ATM terdekat untuk melihat isi saldo. Apakah sudah masuk atau belum. Tak banyak, yang penting ada biaya untuk satu bulan kedepannya.

“Yang paling banyak membutuhkan uang itu, biaya keseharian anak dan biaya dapur,” terang Susilawati.

Sampai saat ini, ia masih belum bisa menyisihkan keuangan yang di kirimkan sang suami. Sementara, ia tidak bekerja. Terlebih saat ini ia dalam kondisi hamil besar. Tinggal menunggu waktu untuk lahiran.

Sungguh miris. Seorang ibu rumah tangga yang saat ini dalam kondisi hamil harus terpaksa bertahan hidup dengan gaji pas pasan sang suami. Terlebih, banyak kebutuhan yang harus ia siapkan menjelang persalinan.

*****

KECACATAN DALAM MENGATUR KEUANGAN DI DALAM KELUARGA PEKERJA MIGRAN

Gina Annisa Kirana (23), pengurus Lembaga Sosial Desa Anjani menjelaskan kepada para peserta bagaimana cara mengelola keuangan yang baik. Ia menjelaskan dibantu dengan slide yang bisa dilihat oleh para peserta.

Ghina akrabnya, menjelaskan bahwa pentingnya mengelola keuangan dalam rumah tangga.

“Uang banyak, jika tidak dikelola akan habis. Uang sedikit, jika dikelola dengan baik akan berlipat ganda. Kuncinya pengelola keuangan,” terang Ghina mahasiswa semester akhir di universitas negeri Mataram saat mengisi materi.

LSD Selenggarakan Pelatihan Manajemen Ekonomi Rumah Tangga Tahap Lima

Photo Istimewa : Ghina Annisa Kirana pengurus LSD Anjani saat menyampaikan materi dalam pelatihan MERT tahap lima, 8/5/2023.


Kecacatan dalam mengelola keuangan akan berimplikasi pada keluarga. Imbasnya, pengeluaran tidak terkontrol. Sementara pemasukan tidak menentu. Dan itulah yang sering dihadapi keluarga pekerja migran Indonesia.

Tidak adanya bimbingan secara konsistensi dan tetap berkelanjutan membuat para keluarga PMI tetap hidup dibawah garis kemiskinan. PMI tetap menjadi kelas masyarakat terendah.

“Meskipun uang yang dikirimkan keluarga kita di rantauan sedikit, kita tetap harus mengelolanya dengan baik,” terang Ghina.

Ia juga menjelaskan bagaimana untuk menemukan ide bisnis, merencanakan usaha dan memulai usaha.

Terangnya, penting sekali analisis SWOT dalam merencanakan usaha dan memulai usaha. Bahkan ketika usaha sudah dijalankan, harus tetap menggunakan analisis SWOT.

4 tampilan0 komentar

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating

ADBMI Foundation

Kami concern terhadap isu-isu Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarganya.

Email: yayasanadbmi@gmail.com

Phone: 037621880

Kab. Lombok Timur

Update Buletin Setiap Bulan

Terimakasih sudah berlangganan..!!

© 2024 - webholic |  Terms of Use  |  Privacy Policy

bottom of page